PERTAMBANGAN
Di susun oleh:
Amin Prastiawan
10415633
2IB02
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Universitas Gunadarma
2016
Bab I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertambangan menurut wikipedia adalah
rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian),
pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas).
Di Indonesia sendiri Menurut UU No.11 Tahun
1967, bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yakni Golongan A (yang disebut
sebagai bahan strategis), Golongan B (bahan vital), dan Golongan C (bahan tidak
strategis dan tidak vital).
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980
menjelaskan secara rinci bahan-bahan galian apa saja yang termasuk dalam
gologan A, B dan C.Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi
pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan
sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya
minyak, uranium dan plutonium. Sementara, Bahan Golongan B dapat menjamin hidup
orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan Golongan C adalah
bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak,
contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur, tanah liat dan asbes.
Karena makin banyaknya pertambangan di
indonesia pasti memiliki dampak yang positif dan negatif. Oleh karena itu di
makalah ini akan menguraikan berbagai kemungkinan yang terjadi kerena banyaknya
pertambangan di indonesia.
1.2
Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu dapat mengetahui masalah
lingkungan,cara pengolahan,kecelakaan,pencemaran yang terjadi karena adanya
pertambangan dan solusi terbaik untuk mengatasi itu semua.
1.3
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini
sebagai berikut:
a. Masalah Lingkungan dalam pembangunan pertambangan energi
b. Cara pengelolahan pembagunan pertambangan
c. Kecelakaan di Pertambangan
d. Penyehatan lingkungan pertambangan
e. Pencemaran fan penyakit-penyakit yang mingkin timbul akibar pertambangan.
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Lingkungan dalam
Pembangunan Pertambangan Energi
Pertambangan memang sangat berperan penting di jaman sekarang. Semua
kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang ada di pertambangan.
Contohnya;
a. Biji besi digunakan sebagai bahan
dasar membuat alat-alat rumah tangga,mobil,motor,dll
b. Alumunium digunakan sebagai bahan
dasar membuat pesawat
c. Emas digunakan untuk membuat kalung,anting,cincin
d. Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel
e. Dan masih banyak lagi seperti perak,baja,nikel,batu bara,timah,pasir
kaca,dll
Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada
kerusakan lingkungan. Dan kerusakan lingkungan di pertambangan adalah;
1. Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor
membuka lahan besar-besaran,ini menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut.
Di takutkan apabila area ini terjadi longsor banyak memakan korban jiwa.
2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui
Hasil petambangan merupakan Sumber
Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi. Ini menjadi kendala untuk masa-masa yang
akan datang. Dan bagi penerus atau cicit-cicitnya.
3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi risih
Biasanya pertambangan membutuhkan
alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan biasanya kendaraan
berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga menjadi kesal.
4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya
Dari pengalaman yang ada bahwa ke banyakan
pertambangan banyak membuang limbahnya tidak sesuai tempatnya. Biasanya mereka
membuangnya di kali,sungai,ataupun laut. Limbah tersebut tak jarang dari
sedikit tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di
sector perairan.
5. Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api
untuk meleburkan bahan mentah,biasanya penambang tidak memperhatikan asap yang
di buang ke udara. Hal ini mengakibatkan rusaknya ozon.
2.2 Cara Pengolahan Pembangunan
Pertambangan
Sumber daya bumi di bidang
pertambangan harus dikembangkan semaksimal mungkin untuk tercapainya
pembangunan. Dan untuk ini perlu adanya survey dan evaluasi yang terintegrasi
dari para ahli agar menimbulkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian
baik secara ekonomi maupun secara ekologis.
Penggunaan ekologis dalam
pembangunan pertambangan sangat perlu dalam rangka meningkatkan mutu hasil
pertambangan dan untuk memperhitungkan sebelumnya pengaruh aktivitas
pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan yang lebih
luas.
Segala pengaruh sekunder pada
ekosistem baik local maupun secara lebih luas perlu dipertimbangkan dalam
proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapatnya evaluasi sehingga
segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindari atau
dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada memperbaikinya.
Dalam pemanfaatan sumber daya
pertambangan yang dapat diganti perencanaan, pengolahan dan penggunaanya harus
hati-hati seefisien mungkin. Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang harus
tetap dapat menikmati hasil pembangunan pertambangan ini.
2.3 Kecelakaan di Pertambangan
Usaha pertambangan adalah suatu
usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi,
terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh dari tanah. Kecelakaan baik
itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran atau
keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan – tindakan penyelamatan
sangatlah diperlukan, misalnya memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam
pertambangan seperti topi pelindung, but, baju kerja, dan lain – lain.
Contoh sederhana karena kecelakaan
kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang terdapat di Porong, sidoarjo.
Tragedi semburan lumpur lapindo yang terjadi beberapa tahun silam, setidaknya
menjadi bukti adanya kelalaian pekerja tambang minyak yang lupa menutup bekas
lubang untuk mengambil minyak bumi. Semburan di Porong, sidoarjo bukan fenomena
baru di kawasan Jawa Timur. Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya,
Gunung Anyar, Rungkut, Purwodadi, jawa Tengah.
Bila melihat empat lokasi tersebut,
Porong ternyata berada pada jalur gunung api purba. Gunung api ini mati jutaan
tahun yang lalu dan tertimbun lapisan batuan dengan kedalaman beberapa
kilometer dibawah permukaan tanah saat ini. Tinjauan aspek geologi dan
penelitian sempel material lumpur di laboratorium yang dilakukan Tim Ahli
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sejak juni hingga pertengahan juli
menunjukkan, material yang dikeluarkan ke permukaan bumi memang berasal dari
produk gunung berap purba.
2.4. Penyehatan Lingkungan Pertambangan
Program Lingkungan Sehat bertujuan
untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan
system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor
berwawasan kesehatan
Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
·
Penyediaan Sarana Air Bersih dan
Sanitasi Dasar
·
Pemeliharaan dan Pengawasan
Kualitas Lingkungan
·
Pengendalian dampak risiko lingkungan
·
Pengembangan wilayah sehat.
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan
merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor,
peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan
penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu
dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan
(Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik
dan Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan
dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program
lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan pokok melalui indikator yang
telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan
penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun,
melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh
Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen
Pekerjaan Umum sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan
penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan
yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan
sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan
penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring
serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan
kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Direktorat Penyehatan Lingkungan sendiri guna
pencapaian akses air bersih dan sanitasi diperkuat oleh tiga Subdit Penyehatan
Air Bersih, Pengendalian Dampak Limbah, Serta Penyehatan Sanitasi Makanan dan
Bahan Pangan juga didukung oleh kegiatan dimana Pemerintah Indonesia
bekerjasama dengan donor agency internasional, seperti ADB, KFW German, WHO,
UNICEF, dan World Bank yang diimplementasikan melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro
Air, WHO, WSLIC-2 dengan kegiatan yang dilaksanakan adalah pembinaan dan
pengendalian sarana dan prasarana dasar pedesaan masyarakt miskin bidang
kesehatan dengan tujuan meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan
kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan khususnya
dalam pemenuhan penyediaan air bersih dan sanitasi.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan
prasarana dan sarana air minum yang tidak dapat berfungsi secara optimal untuk
saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembangunan yang melibatkan masyarakat
(mulai dari perencanaan, konstruksi, kegiatan operasional serta pemeliharaan).
Disadari bahwa dari perkembangan pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan serta didukung oleh berbagai lintas sektor terkait
(Bappenas, Depdagri dan PU) melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WSLIC-2
terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh khususnya dalam peningkatan cakupan
pelayanan air minum dan sanitasi dasar serta secara tidak langsung meningkatkan
derajat kesehatan.
Berdasarkan sumber BPS tahun 2006, pada tabel
berikut: akses rumah tangga terhadap pelayanan air minum s/d tahun 2006,
terjadi peningkatan cakupan baik di perkotaan maupun perdesaan, yaitu di atas
70%. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan kriteria penentuan akses air minum.
Dari segi kualitas pelayanan Air Minum yang
merupakan tupoksi dari Departemen
Kesehatan, Direktorat Penyehatan Lingkungan telah melakukan berbagai
kegiatan melalui pelatihan surveilans kualitas air bagi para petugas
Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas, bimbingan teknis program penyediaan air
bersih dan sanitasi kepada para pengelola program di jajaran provinsi dan
kabupaten/kota hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas pengelola program
dalam memberikan air yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Untuk indikator kualitas air yang dilaporkan
baik dari air bersih maupun air minum yang dilihat dari aspek Bakteriologis
(E.Coli dan Total Coliform) terlihat adanya penurunan pencapaian cakupan, hal
ini karena baru 11 provinsi yang melaporkan dan terlihat masih dibawah nilai
target cakupan yang ditetapkan tahun 2006 (Target Air minum 81% dan air bersih
56,5%) dengan keadaan ini perlu adanya penguatan dari jajaran provinsi melalui
peningkatan kapasitas (pendanaan, laboratorium yang terakreditasi, kemampuan
petugas) dan regulasi sehingga daerah dapat lebih meningkatkan kegiatan layanan
terkait kualitas air minum.
2.5.
Pencemaran dan Penyakit-Penyakit
yang Mungkin timbul akibat Petambangan
Pencemaran dalam tambang dan sekitarnya bisa terjadi oleh gas-gas,
logam-logam atau persenyawaan-persenyawaannya dalam bijih-bijih yang timbul
dari tambang, misal tambang mangan mengandung risiko keracunan mangan, tambang
air raksa yang mengandung bahaya keracunan keracunan air raksa, demikian pula
untuk tambang-tambang lainnya.
Gas-gas yang mempunyai
lingkungan pertambangan bisa berasal dari gas-gas yang secara alam memang tealh
ada pada tambang atau oleh gas-gas yang terjadi akibat proses yang terjadi
dalam tambang seperti akibat kebakaran atau ledakan. Selain oleh gas-gas
beracun CO, H2S dan methan, juga gas-gas yang tidak beracun seperti O2 karena
kadarnya di bawah normal bisa menyebabkan kelainan pada tubuh, bahkan bila
kadarnya 6-8% atau lebih kurang lagi bisa menimbulkan asphyxia sampai mati
lemas.
Penyakit-penyakit yang bisa
timbul selain penyakit cacing Ancylostomiasis yang disebabkan oleh cacing
Ancylostomaduodenale dan Nector Americanus juga penyakit Pneumokoniosis yang
disebabkan oleh debu tambang seperti anthracosis, silicosis, dan stanosis.
Pencemaran udara oleh partikel
dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah
manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara
banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri
dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta
sumber pencemarannya telah banyak
Secara umum partikel yang
mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia.
Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya
udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pada saat orang menarik nafas,
udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran
partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan
atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5
mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran
3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel
yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung
udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang
dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.
Pneumoconiosis adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau
mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya,
tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam
paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di
daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis,
Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.
1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan
oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam
paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat
di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas
SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara
bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan
karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke
dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa
inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera
tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke
paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas
yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak.
Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan
pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila
penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian
diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan
kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial
untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum
ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti
dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk
kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru,
bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan
kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan
penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum
masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan
riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah
penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari
udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan
industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap
asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk
ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang
disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /
melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu
asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan
kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah
penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat
kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat
kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil,
perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang
menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok
kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit
bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit
bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari
Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari
Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada
serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam
saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang
sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan
penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah
penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini
biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa
batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga
batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar
batubara.
Masa inkubasi penyakit ini
antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai
dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga
terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan
penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut
silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis
murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu
batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat,
dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila
disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya
kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada
silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara
antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber
penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah
dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat
dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu
batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang
paru-paru.
5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu
logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam
bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut
beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak
napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen,
pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industri nuklir.
Selain dari itu,
pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan,
dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed
berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa
berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu
logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di
lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin
saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang
menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam
tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.
Bab III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan penulisan makalah ini adalah bahwa Pembangunan Pertambangan
sangat cepat karena adanya kebutuhan manusia yang semakin banyak khususnya di
Indonesia, Memang benar bahwa Pertambangan sangat baik karena menjadi salah
satu pemasok divisit negara terbesar . Tetapi banyak yang harus di perhatikan dari perencanaan , keamanan dan pengolahan limbah
setelahnya Jadi pertambangan juga harus jadi perhatian utama oleh pemerintah
dan semua masyarakat indonesia yang berkaitan dengan pertambangan.
3.2 Saran
Kita semua tahu bahwa
indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya alam (SDA) terkaya
jadi bukan sebuah kebetulan bahwa indonesia punya pertambangan yang banyak
tetapi walaupun memiliki SDA yang berlimpah masih banyak masyarakat di
sekitar pertambangan itu sendiri yang
masih di bawah garis kemiskinan .oleh karena itu pemerintah harus memikirkan
kenapa hal itu terjadi , dan tidak menambang tetapi hanya di jual bahan mentah
itu ke luar dan tidak mengolahnya sendiri, dalam hal ini peningkatan SDM juga
di perlukan dan dalam hal pertambagan juga harus memperhatikan sebab akibat
seperti kemungkinan kecelakaan di pertambangan , pengolahan limbah pertambangan
atau dalam hal pencemaran dan penyakit yang mungkin timbul karena adanya
pertambangan.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar