Perkembangan
Penduduk Indonesia
Di susun oleh:
Amin Prastiawan
10415633
Fakultas Teknologi Industri
Teknik Elektro
Universitas Gunadarma
2016
Bab I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu
Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi,
dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat
dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.
Penduduk
Indonesia itu sangat banyak pada 2016 adalah sekitar 255 juta penduduk dan
mendapatkan no 4 negara dengan penduduk terbanyak. Oleh karena itu banyak
timbul masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan itu seperti tingkat pendidikan
, lingkungan pemukiman kemiskinan dan penyakit yang banyak timbul.
1.2
Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu dapat mengetahui
Perkembangan penduduk di indonesia dan hal-hal yang bisa di lakukan dengan
banyaknya penduduk di indonesia. Selain itu juga untuk mengetahui an menglola
serta untuk mencari solusi yang dapat di lakukan untuk menyelesaikan
masalah-masalah apa saja yang terjadi karena banyaknya penduduk di indonesia.
1.3
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini
sebagai berikut:
a. Landasan Perkembangan Penduduk di Indonesia
b. Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
c. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
d. Pertubumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan degan Lingkungan Hidup
e. Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
f. Kemiskinan dan Keterbelakangan
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Perkembangan Bangsa Indonesia
Penduduk adalah
orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau)
yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat
tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang,
penduduk sementara, dan tamu.
Penduduk asli
adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang
menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah
orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain
karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang
yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari
dan akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari
perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya masyarakat yang menikahkan
anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program keluarga berencana yang di usung
oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk. Karena factor – factor tersebut
tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk Indonesia tidak terkendali
dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang anak cukup, maka ini lebih
dari dua orang dalam setiap suami istri. Karena perkembangan penduduk yang
sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan, pengangguran,
kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan masalah permukiman
yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya kumuh dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk Indonesia
hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
2.2 Pertumbuhan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Pertambahan penduduk yang
semakin tidak terbendung mengakibatkan mempengaruhi dengan lingkungan pemukiman
yang ada di Indonesia ini. Kesenjangan sosial juga menjadi salah satu penyebab
dari lingkungan pemukiman yang ada di Indonesia ini antara yang kaya dan yang
miskin. Pemerintah pun tampaknya cukup kesulitan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan di lingkungan pemukiman yang miskin.
Ditinjau dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia jumlah penduduk jika
dilansir untuk tahun 2013 saja yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa. Jumlah penduduk
Indonesia meningkat dengan laju pertahun sekitar 1,49 persen (Sumber: Badan
Pusat Statistik, 2014). Luas daerah Indonesia yaitu sebesar 1.890.754 km2
dilansir pada tahun 2005 .Cukup padat akan tetapi kepadatan yang terjadi tidak
menyebar, melainkan jumlah kepadatan itu terjadi yang paling banyak di Pulau
Jawa dikarenakan merupakan Ibu Kota berada di Jakarta dan banyak
perantau-perantau yang memilih pindah ke Jakarta beserta sanak saudara terutama
pada saat Lebaran, entah perantau tersebut sukses ataupun tidak sukses.
Kembali pada pembahasan terhadap pertambahan penduduk itu sendiri yaitu
banyaknya warga yang mayoritas tidak paham akan pentingnya keluarga
berencana yang menyebabkan pertambahan
penduduk tersebut tidak terbendung. Terutama pada warga kurang mampu yang
dimana, selain kurang mampu, juga tak memiliki tempat tinggal yang oleh karena
itu mereka tinggal di tempat yang kumuh, yang sebenarnya tempat tersebut tidak
layak bahkan dilarang oleh pemerintah untuk dihuni karena tempat tersebut milik
pemerintah atau milik orang orang lain atau swasta. Tindakan pemerintah yang
tidak sigap dari awal yang menyebabkan pada pemukiman yang dilarang tersebut
sampai bertahun-tahun bahkan puluhan tahun ditinggali oleh para warga yang
tidak memiliki tempat tinggal yang kemudian hari di usir atau dialokasikan pada
tempat lain, mereka menolak bahkan melakukan tindakan yang anarkis karena
mereka merasa sudah tinggal di daerah tersebut sejak pendahulunya yang kemudian
menjadi semakin sulit dalam pemindahan warga tersebut ke tempat yang legal atau
layak. Sebagai contoh pemindahan warga dari bantaran kali ciliwung, mereka yang
tinggal disana, dipemukiman tersebut dipindahkan karena merusak pemandangan
serta infrastruktur kota, akan tetapi “Pemprov DKI telah menyediakan rumah
susun (Rusun) sebagai tempat relokasi warga yang berasal dari bantaran kali.
Ahok pun selaku wakil gubernyr pun meminta agar warga yang masih tinggal di
bantaran sungai bersedia direlokasi atau pulang ke daerah asalnya
masing-masing”
2.3 Pertumbuhan penduduk dan
tingkat pendidikan
Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan
masalah- masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan
masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas-
fasilitas sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk
di suatu kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan
menyebabkan penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan
yang rendah dapat menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian
juga memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak
dapat dihindari.
Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami
depresi. Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak
dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini
bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara.
Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju
kesuksesan bangsa akan semakin jauh.
Penduduk merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi
akan lebih menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan
adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan
lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.
Di negara-negara yang anggaran pendidikannya paling rendah, biasanya
menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang
kurang, tetapi komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang
dengan cepat juga berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah
anak usia sekolah akan terus berkurang.
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat,
karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya
fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan
penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan atau perimbangan antara
pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Oleh
karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit
sekali. Hal ini disebabkan karena :
1. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
2. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan
sarana pendidikan.
3. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat
memenuhi Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah:
1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan
tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan
jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga
ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat
menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan masyarakat
merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang
rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan
seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan
pada keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar
belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan
kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat,
menghambat perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di
samping kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam
membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini.
2.4. Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan
maupun penurunannya. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan
kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor
non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah
penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi
itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas
yang memadai. Selain itu juga kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari
itu banyaklah orang yang melakukan migrasi.
Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan masalah
kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan
yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan
yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni
wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah
penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu
jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha
sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk
organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk
pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi,
menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya
untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan
yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak
merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur
lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan
beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan.
Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang
kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian
lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses
pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat,
sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak orang yang terserang
penyakit.
2.5 Pertumbuhan Penduduk dan
Kelaparan
Kekurangan gizi dan angka kematian anak meningkat di sejumlah kawasan
yang paling buruk di Asia dan Pasifik kendati ada usaha internasional untuk
menurunkan keadaan itu, kata sebuah laporan badan kesehatan PBB hari Senin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak
akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecnderungan sekarang.
“Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati ada beberapa kemajuan, di
banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap ketinggalan dalam
kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk
sementara negara-negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang
kronis, kata data laporan itu.
Antara tahun 1990 dan 2002– data yang paling akhir– jumlah orang yang
kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di Surabaya dan
47 juta orang di Asia timur, kata laporan tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu
ringan di Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai sembilan persen
antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen).
Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan kekurangan gizi, sementara
rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiga.
“Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang
rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini,” kata
laporan itu.
Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan di kalagan
penduduk yang tidak memilki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang
sempit untuk memenunhi kebutuhan hidup mereka,” tambah dia.
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan
mengurangi tingkat kematian anak.
Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003,
yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000
kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000
kelahiran hidup.
“Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga
akan berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan
mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
dan malaria tidak memadai,” kata laporan itu.
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam
angka kematian dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan
2015 akan menjadi sekitar seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang
diusahakan.
Usaha untuk mengatasi kematian ibu juga sulit, kata laporan WHO itu.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun hanya di negara-negara
yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah sementara sejumlah negara
yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
WHO memperkirakan 504.000 dan 528.000 kematian dalam setahun karena
komplikasi dalam kehamilan dan kelahiran terjadi di Surabaya
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di Indonesia
tersebut, diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. “Jika
semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban buat kita
semua. Karena itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan program KB,
Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf
diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050.
Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana
terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar.
Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan meningkat sekitar 50 juta
jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga pangan dan krisis energi.
2.6 Kemiskinan dan
Keterbelakangan
Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan
oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi
struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan,
kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan
menyerah pada “takdir”. Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang
harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin
dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang,
jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah
serta mengabaikan kerja keras.
Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia,
sehingga kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang
tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap kondisi itu merupakan bagian dari
ketaatan beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan.
Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya,
sulit dipahami jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja
keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai khalifah
di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan ajaran
dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan,
wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran
manusia.
Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya,
bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang
berlaku tidak adil. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut
“kemiskinan struktural”. Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok
struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan,
kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem
yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan
sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan
kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man
in the wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.
Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan,
kebodohan, dan keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip
fitrah manusia. Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan
miskin atau bodoh. Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan
kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil
kebijakan strategis. Kebijakan strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang
dipandang paling efektif. Dalam konteks inilah penulis berpendapat bahwa
pendidikan merupakan satu-satunya jalur paling efektif untuk mengentaskan
seluruh problem sosial di Indonesia.
Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan
fungsi struktur yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada
faktor manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia
pula. Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem
jelas mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda
terbesar pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat
Indonesia agar menjadi kritis.
Mari kita berantas kemiskinan dan keterbelakangan, supaya bangsa ini bisa
lebih maju.
Bab III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan penulisan makalah ini
adalah bahwa Perkembangan penduduk di dunia dan khususnya di negara indonesia
sangatlah cepat untuk itu pemerintah memberiakan solusi yaitu progam keluara
berencana yaitu dalam suatu keluarga dua anak itu lebih baik. Perkembangan
penduduk yang semakin cepat dan banyak
juga menimbulkan berbagai macam dampak ada yang berdampak positif dan berdampak
negatif salah satunya tingkat pendidikan yang masih banyak yang kurang ,
tingkat kemiskinan dan tingkat kesehatan yang kurang.
3.2 Saran
Kita semua tahu bahwa negara indonesia
adalah negara besar dengan banyaknya pulau juga banyaknya penduduk tetapi kita
juga menyadari bahwa negara indonesia juga negara yang kaya dengan sumber daya
alam yang berlimpah. Jadi kita sebagai warga negara indonesia untuk lebih sadar
lagi bahwa masalah yang timbul oleh banyaknya penduduk indonesia tidak bisa
hanya mangandalakan pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang timbul kita
juga harus sadar diri untuk menanganinya dengan meaksanakan program KB atau
berusaha membuat lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran di
indonesia.
Daftar Pustaka
Hartono, 2009,
Geografi 2 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 34 – 46.
http://j-tarjo.blogspot.co.id/2014/04/pertambahan-penduduk-dan-lingkungan_22.html
0 komentar:
Posting Komentar